secangkir teh tarik

…ya untuk diminum, apa lagi. mau?

kreatiflah dalam wawancara kerja

Leave a comment

Maaf mengecewakan. Tapi ini bukan postingan tips-tips wawancara kerja ya.

Sepenggal cerita pada kata pengantar dalam buku bergenre personal note “Fresh Graduate Boss” oleh Margareta Astaman mengenai seorang kenalannya yang menjawab pertanyaan pewawancara kerja “apa yang akan anda lakukan dalam 10 tahun mendatang”. Pertanyaan standar  yang dijawab dengan unik (yang menurut sang penulis, ia pun tidak terpikir untuk menjawab demikian). Jawaban tersebut mengantarkannya menduduki salah satu posisi director di sebuah perusahaan multinasional dalam usia 27 tahun.

Dan juga hampir mengantarkan saya ke kasir untuk membeli buku tersebut sebelum saya insaf bahwa tak lama lagi akan ada ajang pameran buku, yang tentu saja bertaburan diskon. Maka saya bersabar menjulurkan lidah.

Jadi teringat besties yang mendapat pertanyaan “bagaimana hubunganmu dengan perusahaan terdahulu” dari pewawancara. Besties memang tidak menjadi manajer seperti halnya cerita di atas (karena memang bukan posisi itu yang mereka cari). Namun ia berhasil memesona pewawancara dan akhirnya menjadi karyawan di sebuah perusahaan elektronik milik Korea yang berkesempatan training ke home office di sono.

Kira-kira  begini jawabannya:

“Hubungan kami kayak pacaran. Saya suka bekerja di sana dan merasa sayang meninggalkannya. Saya senang dengan pekerjaan saya dan sudah sangat paham cara kerjanya. Rekan kerja kayak keluarga sendiri. Kami kenal masing-masing anggota keluarga rekan kerja dan saling perhatian secara personal.

Tapi sesayang-sayangnya sama pacar, saya ngga suka digantungin. Tiga tahun bekerja, status saya masih ngga jelas. Saya mau ada kepastian, ngga bisa begini terus.”

Aeeeeh si besties bisa ajaaaa… *jawil dagu*

Mendengar cerita ini, saya ngakak kenceng. Sekaligus kagum, kok bisa sih dia kepikiran jawaban bermodus curhat gini sik. Menurut saya, ini brilian: mencari yang lebih baik tanpa menjelek-jelekkan perusahaan yang terdahulu. Ngga perlu dia mengeluhkan bahwa di kantornya tidak ada tunjangan medis dan jamsostek. Gajian pun seringnya dibayar pake yen: yen ono duite (kalo ada duitnya) dengan tanggal tak tentu.

Tapi pertanyaan macam ini ngga pernah saya dengar di wawancara kerja manapun. Mungkin semacam jenis baru untuk “alasan resign dari kantor lama”. Canggih ih HRD-nya.

Oiya, saat ini dalam tempo kurang dari 1 tahun, si besties sudah dipercaya menduduki jabatan Kepala Admin di cabang baru.

Author: secangkir teh tarik

a loner, wandering mind.

Leave a comment