secangkir teh tarik

…ya untuk diminum, apa lagi. mau?

Japan Trip: Kyoto, Dari Kuil ke Kuil

2 Comments

Mengapa orang Indonesia itu kalo liburan pengennya sekalian ke  banyak tempat. Kata @vyisipie, karena cutinya sedikit.

Jadi walopun kami tiba hampir tengah malam di J-Hoppers Osaka Central dan tidur menjelang dini hari (karena sibuk bersenang-senang mandi), kami bisa bangun cukup pagi. Segera mandi sebelum ngantri dengan penghuni lain, kemudian mengeksplor hostel sampe ke teras atap.

Rupanya saya salah ngerti maksud dari “self-catering kitchen”. Alih-alih sarapan, hostel hanya menyediakan teh dan kopi. Jadi kami beli roti sandwich dan onigiri di 7-11. Di dapur tersedia utensil lengkap, microwave dan toaster. Semua utensil yang kita pakai harus dicuci sendiri.

Sebelum jam 9 pagi kami sudah siap membereskan pembayaran dan check-out. Resepsionis yang menerima kami seorang cowok Jepang yang tertarik dengan kaos Bali yang dipakai @vyisipie. Ketika tau kami dari Indonesia, dia dengan antusias bilang suka sekali dengan celana yang sering dipake orang Indonesia, yang ada lukisannya. Maksudnya celana batik kali ye.

Perjalanan ke Kyoto sekitar 1 jam dari stasiun Tennoji. Karena 1 day pass sudah kadaluarsa, kami beli tiket 1-way JPY690.

Walopun sudah merasa yakin berkeliaran di stasiun Tennoji sehari sebelumnya, bukan berarti di Kyoto kami segera terbiasa. Sampe di stasiun Kyoto, kami kebingungan mencari Tourist Information Centre yang sekalian menjual tiket bis/kereta seperti petunjuk di buku @ClaudiaKaunang. Di lantai dasar juga ada TIC , tapi cuma untuk informasi tok. Oleh petugas nan ramah kami ditunjukkan arah ke tempat penjualan tiket. Eeeeh, masih juga nyasar. Kalo saya sih karena short memory loss banget. Harusnya keluar dari gedung, langsung naik tangga ke lantai 2. Kami malah ngeloyor ke arah berlawanan sampe jauh ke mal. Halte bisnya sih keliatan di luar stasiun, tapi ngga ada tanda-tanda loket penjualan tiket. Setiap orang yang kami tanyai tidak bisa berbahasa Inggris. Akhirnya setelah bolbal muter ngga karuan kami menemukan tempat yang dimaksud.

Kepada petugas, kami menunjukkan tempat-tempat yang ingin kunjungi. Karena semua tempat tersebut lebih mudah dicapai dengan menggunakan bus, petugas menyarankan membeli 1-day pass bus saja seharga JPY500 (tiket 1-way JPY220). Selain itu kami diberi “Bus Navi” yaitu peta Kyoto lengkap dengan informasi rute bis. Area turisme diberi alfabet berbeda, begitu pula dengan rute bisnya yang juga berwarna-warni sesuai nomor.

Baru liat petanya aja udah berasa Kyoto ini semacam kota budaya. Dimana-mana betebaran temple dan shrine. Seperti Kinkakuji (Golden Pavilion), kuil Zen yang terletak di sebelah utara kota. Dapat ditempuh dalam waktu kurleb 40 menit dengan bis nomor 101 dan 205 langsung ga pake ganti bis.

Dulunya area ini adalah vila seorang statesman. Sesuai dengan namanya, bagian luar dua lantai teratas dilapisi oleh lempengan emas. Dibangun di seberang kolam dengan pulau-pulau kecil (islet) dan taman dengan batu-batu putih. Ih senang banget liatnya, indah persis kayak di foto-foto brosur cuma kurang warna merah di pepohonan. Sayangnya bagian dalam tidak dibuka untuk umum.

Kinkaku (Golden Pavilion)

Kami berkeliling area tersebut melewati pondokan kepala pendeta, tea garden, Fudo Hall (sebuah kuil kecil) dan banyak statue tempat orang-orang melempar koin.

Tak kalah unik, Sanjusangendo Temple kuil kayu sepanjang 120 meter. Di dalamnya berjajar 1000 patung Kannon dalam posisi berdiri, sebagai pusatnya 1 patung Kannon dalam ukuran gigantis dengan posisi duduk, dan 28 arca dewa dalam ajaran Buddha yang diletakkan di depan standing Kannon. Untuk masuk ke kuil harus mencopot sepatu, dan dilarang untuk mengambil gambar serta berbicara karena banyak umat Buddha yang sedang berdoa.

Karena ngga boleh poto-poto di dalam, baiklah kita poto waktu ngambil ramalan aja ya.

silakan kakaaaak….ramalannya…

Satu lagi kuil yang a-must-see, yaitu Kiyomizudera. Walopun sakura sedang tidak merona saat itu, kuil ini tetap punya pemandangan yang luar biasa indah. Dibangun di atas bukit dengan posisi menjorok tebing, kita bisa memandang kota Kyoto dari kejauhan. Kata situs ini, aula utamanya dibangun tidak menggunakan paku loh.

Di bagian dasar aula utama, jika berjalan mengikuti jalur wisatawan sampai ke bawah bukit, ada air terjun Otowa. Makanya kuil ini dinamakan Kyomizudera, yang dalam bahasa Jepang artinya kuil air murni. Saat kami tiba, antrian untuk minum lumayan panjang. Kami mengantri bergantian supaya bisa difoto 🙂 .

Untuk mengambil air menggunakan cangkir yang dilekatkan pada sebatang galah panjang. Setelah digunakan, cangkir tersebut harus diletakkan ditempatnya untuk disterilisasi. Air terjun dialirkan ke kolam melalui 3 cucuran atap. Saya baru tau belakangan bahwa tiap aliran punya manfaat yang berbeda, yaitu berumur panjang, sukses di sekolah dan beruntung dalam percintaan. Saya minum di aliran pertama dari tempat antrean. Apakah aliran itu yang bermanfaat untuk berumur panjang, saya ngga tau juga. Ngga usah cobain semua aliran ya. Selain banyak yang ngantre, kita akan dianggap maruk.

airnya segeeerrr

Kiyomizudera itu letaknya di atas bukit. Untuk sampe ke sana dari halte bis jalannya nanjak-nanjak. Salah satu jalurnya yang asyik untuk dilalui adalah Higashiyama District, soalnya banyak toko souvenir untuk cuci mata. Juga seru liat kelebatan kimono, dan sepertinya kami melihat geisha.

Hari menjelang malam saat kami menuju Gion District untuk melihat lebih banyak geisha. Tapi ngga nemu satu pun. Fufufu… mungkin geisha-nya sedang bertugas jadi ngga keluyuran di jalan dong yah. Jadi kami menikmati berjalan-jalan di antara rumah kayu tradisional Jepang (machiya) yang kebanyakan difungsikan sebagai resto atau rumah teh.

Jam 9 malam setelah nyasar-nyasar cari halte bis Gion dan salah naik bis pula, kami kembali ke Stasiun Kyoto. Tengah malam kami menuju Tokyo dengan menggunakan bis malam Willer. Kami pilih tipe bis business class dengan fasilitas toilet. Bisnya nyaman, spacenya lega dan senderan kursi bisa dimiringkan sampe 140 derajat. Sesuai lah dengan harganya 🙂 .

Author: secangkir teh tarik

a loner, wandering mind.

2 thoughts on “Japan Trip: Kyoto, Dari Kuil ke Kuil

  1. Hi,
    Mau nanya nih, kakak.
    Bis malam willernya ini yg bisa nyimpan bagasi koper ya?
    Karena sy smpt baca ada bis willer yg tdk menyediakan tempat utk bagasi (terutama koper)
    Thanks before!

Leave a comment