secangkir teh tarik

…ya untuk diminum, apa lagi. mau?

Eurotrip Halte 5: Luzern

2 Comments

Sepuluh April Titisee dan Schafhaussen

Sebelum melintasi perbatasan, kami melewati Black Forest yang sama sekali ngga kelihatan black-nya. Kalo liat di gambar, Black Forest ituh semacam highland dengan pepohonan tumbuh rapat dan berwarna ijo tua. Karena masih musim dingin, pohonnya antara gundul atau baru mau numbuh daun lagi,  dan tertutupi salju tipis.

Di balik kerapatan pohon itu terletak tujuan kami berikutnya yaitu Titisee, sebuah resort area dengan danau glasir bernama sama.  Resort-nya sangat bersih dan tertata rapi dengan jalan yang lebar. Danau Titisee sendiri kecil bila dibandingkan dengan Danau Toba. Saya dan mama hanya berjalan-jalan di resort area sambil ngobrol ketika seseorang menyapa kami dalam bahasa Indonesia. Waaa… ada seorang ibu dengan beberapa temannya sedang rekreasi. Mereka ini orang Indonesia yang sudah belasan tahun tinggal di dekat Titisee mengikuti suami yang asli Jerman. Sapa kami tidak panjang, masing-masing melanjutkan jalan-jalan.

Perjalanan menuju Swiss sempat tertahan di perbatasan karena driver kami tidak punya passport. Si driver pun ngomel ke petugas imigrasi secara dia italiano, yang berarti dia adalah bagian dari warga Uni-Eropa, ngga perlu pake passport apalagi visa. Swiss belakangan baru bergabung dengan Schengen Treaty, bukan berarti negara ini anggota UE atau EEA . Entah bagaimana penyelesaian masalah, karena kami juga tidak bisa membantu pada saat pak driver di bawa ke pos jaga, akhirnya bis diijinkan melewati perbatasan.

Perhentian kami selanjutnya adalah air terjun Rhine Falls di Schafhaussen. Weee..air terjunnya ngga tinggi, hanya lebar dan sepertinya berarus deras. Kelebihan lain Rhine Falls dari air terjun yang pernah saya liat di Indo adalah aksesnya yang mudah dari jalan dan toiletnya bersih. Thok. Tidak menghabiskan waktu lama selain mengambil beberapa foto kami cabcus menuju Luzern.

11 April Luzern & Mt. Titlis

Sepanjang kota-kota di Swiss yang kami lalui semuanya punya pemandangan khas, yaitu komposisi kota-pegunungan-danau atau sungai. Liat pegunungan di Swiss yang masih berselimut salju, randomly saya ngebayangin cerita anak klasik Heidy.

Pagi-pagi saya sudah keluar hotel untuk hunting foto. Hanya dengan berjalan kaki 1 menit ke arah belakang dari Hotel Flora, saya sudah sampai ke Chapel Bridge jembatan kayu yang melintasi Sungai Reuss. Jam 7 pagi Bahnhofstrasse, jalan di tepi Sungai Reuss masih sepi. Hari sudah cerah dan komposisi 3 in 1 itu luar biasa cantiknya di Luzern.

scene cantik di Luzern

view dari atas cable car

Saya ngga bisa berlama-lama karena jadwal jam 9 ke Mount Titlis di Engelbert, 45 menit perjalanan dari Luzern. Titlis merupakan gunung glasir di jajaran pegunungan Alpen, spot tujuan untuk menyaksikan salju abadi. Dari Engelbert kami berganti cable car 3x kemudian menggunakan lift besar menuju Klein Titlis. Selain cable car system dan ski resort, Klein Titlis juga dilengkapi dengan dining area dan gift shop. Saya kok ya malah repot ngebayangin gimana caranya ngangkut bahan bangunan dan heavy equipment untuk membangun fasilitas semacam ini.

Ngga tau pasti berapa tepatnya, tapi suhu di atas gunung saat itu pastinya minus sekian derajat ce.  Dan saya masiiiih aja pake sandal tipis sementara semua orang bersepatu huhuhuhu… Untungnya di Engelbert saya sempat beli sarung tangan. Jadi walopun kedinginan saya masih bisa menikmati pegang-pegang salju dan lari-lari di atasnya. Ohwooow…salju pertama sayaaa… nowraaak yo ben. Anak tropis ini.

the dying lion

Selepas makan siang, kami menengok singa sekarat landmark-nya kota Luzern. Monumen singa ini merupakan pahatan batu untuk mengenang Swiss Guards yang dibunuh selama Revolusi Prancis. Seperti halnya sistem perbankan mereka, Swiss Guards terkenal setia dan dapat dipercaya. Vatican pun menyerahkan penjagaan negara kepada tentara Swiss ini.

Dari monumen singa, bis menurunkan kami di Schwanenplatz, old downtown-nya Luzern. Beramai-ramai kami memasuki toko Bucherer. Tidak hanya menjual brand sendiri, toko Bucherer juga menjual brand internasional termasuk Swatch kesukaan saya. Swatch di sini mah kek brand low-end, jarang ada yang di atas EUR100. Walopun menerima pembayaran dalam Euro, Swiss masih menggunakan mata uang sendiri yaitu Swiss Franc (CHF). Saat itu kursnya 1 EUR = 1.35 CHF dan 1 USD = 1 CHF. Yang bingung CH itu singkatan apa dan mana S-nya (karena dulu saya juga bingung dan mengira itu mata uang Canada), itu nama latin dari Swiss Confederation “Confoederatio Helvetica”. Oww..ofkoorsss saya menggunakan google hi..hi..hi.

Seperti semua kota di Eropa yang sudah dimampiri, Luzern sangat bersahabat untuk pedestrian. Kami menikmati berjalan sore dan mencicipi gelato di Schwanenplatz. Kembali ke hotel yang berada di bagian new town tinggal nyebrang Chapel Bridge (Kapellbrücke) sambil liat-liat lukisan interior di sepanjang atap. Saya ngga ngerti dan tertarik lukisan sih, tapi dari liat sekilas kayak sejarahnya kota Luzern. Unik karena frame lukisan berbentuk segitiga sesuai dengan plafon. Cuman agak malesin liatnya harus mendongak ke atas mlulu. Saya lebih tertarik melihat di kejauhan ada bangunan dengan kubah seperti masjid yang ternyata adalah Jesuit Church.

Author: secangkir teh tarik

a loner, wandering mind.

2 thoughts on “Eurotrip Halte 5: Luzern

  1. semoga suatu saat nanti aq bisa ksna. 🙂

    salam Kenal

Leave a comment