secangkir teh tarik

…ya untuk diminum, apa lagi. mau?

Eurotrip Halte 6 & 7: Venice & Roma

3 Comments

Duabelas April Milan

gambar diambil dari http://worldatlas.com

Dibandingkan dengan negara lainnya di trip ini, kota di Italia yang paling banyak menjadi perhentian kami.

Dari Luzern menyebrang ke Italia. Milan adalah perhentian pertama, 3 jam dari Luzern. Sebelumnya di perbatasan kami berhenti agak lama
untuk mengurus duty free karena Italia merupakan negara terakhir dari perjalanan. Maksud sih agar tidak terlalu lama mengurus duty free di bandara Fiumicino nantinya. Huh-looow ini Italia gituu…tentu saja ada belanjaan lagi.

Sementara menunggu rombongan, saya iseng ngambil gambar perbatasan. Eeeeh…petugas imigrasinya datang dan meminta agar foto yang baru saya ambil dihapus. Terus si petugas minta ditunjukkan bahwa fotonya sudah beneran dihapus. Isshh, ngga percayaan amat. Belakangan saya pikir-pikir, sebenarnya bisa aja saya mempertahankan foto tersebut karena si petugas ngga ngecek dengan memegang kamera saya, cuma liat doang. Tapi ngeri juga secara si petugas bawa senjata dan saya juga ngga mau dong membuat perjalanan tertunda untuk diinterogasi nggak boleh.

Di Milan acara utama yah shopping (atau window shopping in my case) selama 2 jam di quadrilatero della moda, suatu daerah perbelanjaan kelas atas di pusat kota. Saya hanya mengintil rombongan memasuki butik sepatu dan tas di sepanjang Via Montenapoleone dan Via della Spiga.

Memasuki Venezia, turis yang akan menginap harus membayar EUR260 per malam per orang untuk retribusi polusi. Mahaaal… padahal kotanya ngga rapi ini. Kami bermalam Venezia Mestre Castellana di Venezia yang mainland, bukan island. Selama trip, ini hotel pertama yang memiliki halaman, kolam renang dan lobby yang luas. Plus resepsionis pria italiano nan ganteng walopun botak. Mungkin karena bulu matanya lentik ehheee…hi..hi..hi.

13 April Venezia Island

Hari ini seharian kami dilepas berkeliaran di Venezia Island sampai dijemput kembali jam 4 sore. Dari pelabuhan hanya 20 menit melintasi Laut Adriatic dengan menggunakan boat. Yang pertama kami lakukan adalah menyewa gondola seharga EUR80 (muat untuk 6 orang, selain gondolier) untuk menyusuri kanal-kanalnya yang terkenal. Venezia sebenarnya terdiri dari pulau-pulau kecil yang dihubungkan dengan jembatan-jembatan. Air kanal berwarna hijau dan menurut saya agak bau. Tetap saja saya menikmati pengalaman naik gondola ini karena khas dan gratisan.

murano glass

Berikutnya kami ditawari oleh guide lokal untuk melihat-lihat pembuatan kerajinan kaca yang disebut murano. Dengan bahan dasar silica yang dipanaskan, seniman murano membentuk berbagai macam benda mulai dari hiasan seperti bunga dan bentuk binatang sampai benda fungsional semacam pemberat kertas. Pusat kerajinan murano sebenarnya ada di Pulau Murano yang masih merupakan bagian dari wilayah Venezia.

Makan siang kami di suatu resto Itali (lupa namanya) dengan menu pasta. Ekspektasi saya, seharusnya makan pasta di negara asal lebih greng dong rasanya. Ini kok ya plain aja gitu, cenderung anyep kalo saya bilang. Ga ada beda dengan gocengan McD, cuma porsi lebih besar.

Selebihnya saya dan mama menghabiskan hari dengan nongkrong di dermaga menonton taksi air, kesibukan dermaga dan Laut Adriatic.

Informasi ngga penting: toilet di Venezia paling mahal selama trip, yaitu EUR1.5. Info ngga penting lainnya: kebanyakan souvenir semacam kaos dengan nama negara, pin, tempelan kulkas dan pashmina/scarf yang dijual di negara-negara Eropa Barat ini adalah made in China. Cuma ngasi tau kok bersiul.

Kembali ke daratan, sebelum pulang ke hotel kami mampir ke Max, sebuah toko yang menjual produk-produk kulit dengan harga mid-low dan diskon rata-rata 10%. Merk Samsonite dan Pierre Cardin termasuk mid-low. Dan karena cukup murah, saya dan mama belanja tas dan sepatu juga. Sepatu yang saya beli bukan brand terkenal, tapi nyaman banget di kaki. Walo saya sebut murah, saya ngga mungkin beli sepatu seharga EUR70 di Indo dalam rupiah. Sebagai excuse, ini kan negara terakhir dalam trip dan Euro yang masih nyisa kudu diabisin dong ah *ahlesyan*

14 April Roma

Menghabiskan hari di jalanan menuju Roma. Itinerary seharusnya mampir di Florence, namun untuk masuk ke Florence dikenakan tax lagi atau kontribusi atau apalah itu, maka kami hanya berhenti di Prato untuk istirahat dan makan siang.

Menjelang sore kami memasuki Roma dengan menghadapi macet yang sama seperti memasuki Jakarta di pagi hari. Tidak seperti lalu lintas jalan di London dan Amsterdam yang rapi, di Roma ini kendaraan bisa parkir sembarangan. Seperti halnya warganya yang juga lebih santai dalam urusan disiplin.

15 April Vatican dan Roma

Hari ini kami mengunjungi Vatican. Mulanya kami hanya berfoto dari jauh dengan latar belakang St. Peter’s Basilica sebelum kami dianjurkan untuk masuk ke dalam. Ibu-ibu pada keberatan karena ogah masuk gereja dan antriannya lumayan panjang mengular sedangkan saya yang paling semangat mengiyakan ajakan si pimpinan tur.

Luas Vatican City hanya 44 hektar di dalam kota Roma, borderline-nya seperti lelucon saja dimana orang bisa main lompat tali antara Vatican-Itali.

Interior Basilica mulai dari atap sampai ke dinding dipenuhi dengan pahatan orang suci Katolik dan lukisan peristiwa penting bagi umat Katolik. Sulit menikmati interior dengan leluasa karena banyaknya pengunjung di dalam Basilica. Sebenarnya ada guide lokal yang mengantar dan menjelaskan macam-macam, tapi saya selalu ketinggalan di belakang dan tidak mendengar penjelasannya. Di sebuah ruangan, seorang biarawati sedang berdoa di depan jenazah entah Pope siapa, sementara di antara si biarawati dan jenazah itu rame pengunjung lalu lalang. Saya tidak tau mungkin ada bagian lain di Basilica yang lebih tenang untuk berdoa, tapi ruangan-ruangan yang saya lewati lebih terasa turistik. Pengunjung bebas berfoto bahkan boleh duduk-duduk sambil makan minum.

Landmark berikutnya yang kami kunjungi adalah Colloseum. Tiket masuknya EUR12. Kami hanya foto-foto di luar sebagai tanda “been there“.

Mengisi siang sampe sore, kami dilepas di Spanish Step menyusuri butik-butik branded item di Via Condotti. Ternyata kalo ada customer masuk apalagi rombongan, butik-butik tersebut mengunci pintu dari dalam kemudian pegawai butik berkonsentrasi melayani customer.

Puas mengukur Via Condotti dari ujung ke ujung, saya dan mama duduk-duduk nyante di tengah Spanish Step yang penuh dengan turis. Begitu melihat ada tempat kosong, kami pindah duduk di pinggir Barcaccia Fountain di Piazza di Spagna, bagian bawah Spanish Step. Di Roma ini banyak bertebaran piazza atau square, dan di setiap piazza ada fountain dimana turis suka sekali duduk mengelilinginya. Sebut saja Trevi Fountain yang terkenal itu.

Di downtown tersebut sepertinya merupakan area pedestrian karena tidak terlihat ada kendaraan motor. Untuk balik ke bus stop kami naik kereta kuda semacam delman seharga EUR100 yang muat untuk 4 orang. Karena jalan-jalan terlihat sama, kami nyasar dan berhenti di tempat yang salah sementara delmannya sudah pergi. Selama nunggu si pimpinan tur mencari bus stop yang tepat, masih juga ada anggota rombongan yang menghilang untuk belanja. Walaaah…

Ini hari terakhir Eurotrip sebelum kami pulang melalui Bandara Fiumicino esok paginya.

menari

Author: secangkir teh tarik

a loner, wandering mind.

3 thoughts on “Eurotrip Halte 6 & 7: Venice & Roma

  1. maaf mbak, mau tanya, itu retribusi apa ya di venezia? kok gede bgt 260EUR?

Leave a comment