secangkir teh tarik

…ya untuk diminum, apa lagi. mau?

Eurotrip Halte 1: London

Leave a comment

Bulan April tahun lalu, saya berkesempatan ngintil mami Eurotrip ikut rombongan keluarga sepupu.

+ Ke Eropa? Mauuuuu…
– Emang bisa ambil cuti 2 minggu
Mami sangsi mengingat kesibukan kerja saya yang bikin bliau sering urut dada
+ Kapan berangkat?
– Awal April
+ Bisa bisa bisa! Bisa diatur!

Okelah. Mami senang karena ada teman. Saya pun gembira karena…Eropa gitu looooohhhh *histeris*

yayaya..siapa juga bisa nolak jalan-jalan ke Eropa dengan akomodasi gratis plus. Ohoooo mau dibilang norak ya norak deh.

Maka saya pun semangat menjalani hari-hari menuju awal April.

Persiapan:

Dibilang sangat bersemangat berangkat, tidak demikian halnya untuk persiapan. Biasaaaa..ogah repotcool

Ngurus paspor kalo ga dipaksa-paksa dan diomelin adik ipar, ga akan berangkat ke kantor imigrasi dengan segera. Oiya, saya baru pertama kalinya punya paspor hijau. Niat hati ingin ngurus sendiri, biar ada pengalaman yang bisa dibagi. Apa daya waktunya ngga ada. Jadilah pake calo, trus kena mahal pula karena saya terlalu polos *jedot-jedotin kepala ke pohon pisang* (plis, jangan tanya!). Cukup menghibur, foto paspor saya jadinya bagus.  Lumayan buat pamer sampe 5 tahun ke depan 🙂

Ngurus surat rekomendasi bank, surat keterangan dari perusahaan tempat saya bekerja, siapin foto untuk visa (dua kali foto karena salah info). Trus antar semua surat dan dokumen yang diperlukan ke agen tur. Dan wawancara untuk apply visa Inggris. Semuanya dikejar disela-sela deadline kerjaan.

2 hari kemudian visa Inggris sudah di tangan si agen tour. Passport sudah lengkap dengan Visa Schengen yang dapat duluan tanpa wawancara.

Yureeeepp…I’m comiiiiinggg!

3 April CGK – SIN

Saya belum pernah ke negara tetangga manapun lho. Kombinasi antara (sok) nasionalis dan pelit gitu deh. Jadinya transit di S’pore nganga-nganga liat skytrain dan gedenya Changi.

Transit 1 jam itu ternyata sangat mepet untuk mengejar pesawat ke London yang tepat berangkat 1 jam kemudian. Mana gate keberangkatannya jauh sangat.

Changi – Heathrow

Maap klo agak pamer… *uhuk*

Tur ini didesain untuk para eksekutif kelebihan duit. Penekanan pada kata kunci “kelebihan duit”, yang menggambarkan kegiatan utama tur (yaitu shopping) dan akomodasi premium.

Ga nolak sih berangkat dengan kelas bisnis SQ. Kabinnya luas banget untuk tiduran dengan nyaman sambil nonton film. Lumayan kan perjalanan 13 jam bisa istirahat dengan nyaman. Ga enaknya tur macam ini, kita cuma jadi turis dan bukannya traveler. Jarang ada pengalaman asik yang bisa diceritakan kembali dengan berapi-api.

Kami sampai jam 19.20 waktu setempat di musim dingin liburan paskah. Urusan imigrasi saya dan mami dapat ibu-ibu India yang bawel dan ngga senyum sama sekali (dibandingkan dengan petugas di sebelahnya). Kira-kira begini interogasinya:

Maksud kunjungan? (tur)
Berapa lama? (2 hari)
Tujuan kemana? (Hotel Melia)
Berangkat dengan siapa? (grup)
….. (hening, sambil bolak-balik cocokan poto paspor dan sidik jari)

Tampang mami udah pucet aja secara dia ngga bisa ngomong enggres (saya juga ga lancar sih, apalagi dikasi tampang serem si petugas). Setelah proses yang 10 menit lebih lama daripada antrian di sebelah, kami berdua lolos juga. Dan jreng jeng… kamilah korban terakhir kejudesan si ibu India hari itu, karena setelahnya ada penggantian petugas.

Kelar urusan imigrasi, rombongan menerjang suhu musim dingin (lupa minus berapa) menuju bis tur yang membawa kami ke Melia White House, di kawasan Regents Park (sekitar 40 menit dari Heathrow). Kami menunggu cukup lama di lobi hotel untuk pembagian kamar, sambil memandangi sesama tamu lalu lalang dengan pakaian musim dingin mereka. Sementara saya hanya menggunakan jaket tipis, kaos kaki tipis dan sepatu sandal teplek. Oh well, salah kostumtongue.

4 April Tur Kota London

Dengan suhu 8-14 derajat C, kami keliling kota dengan menggunakan bis yang disediakan tour. Rute sight seeing: Big Ben (yang menurut guide kami (Mr. Jeff), bukan nama jam besar itu melainkan nama bunyi bel), Trafalgar Square, Westminster Abbey (gereja tempat pasangan kerajaan menikah) – tepi Sungai Thames, London Bridge dan London Eye. Melewati Baker St. (jalan yang terkenal dimana Sherlock Holmes tinggal) yang serupa dengan semua jalan-jalan lain di London. Bersih dan tertata rapi dengan properti lama yang modelnya seragam di kiri kanannya dan Pret a Manger dimana-mana di setiap sudut jalan.

Kesempatan turun dari bis dan beneran jalan-jalan akhirnya ada juga. Tower of London ini dulunya digunakan sebagai istana raja (baru nyadar pas nonton Robin Hood yang dibintangi Russel Crowe). Karena waktunya ga cukup untuk mengelilingi kompleks yang luas, kami hanya tur ke dalam White Tower dimana silsilah,  senjata dan  perhiasan kerajaan Inggris Raya dipajang. Di sebuah ruangan kita juga bisa menonton tayangan video penobatan Ratu Elizabeth II.

Ngga enaknya ikut tur, jadwalnya ketat dan tidak fleksibel. Mr. Jeff ini ngga sabaran dengan rombongan kami yang suka mampir foto sana sini. Dari Tower of London kami terbirit-birit mengejar waktu untuk menonton Change of Guard Ceremony di Buckingham Palace tepat jam 12.00. Saya tadinya mikir, ngapain sih pergantian tugas jaga aja ditonton sampe harus buru-buru gini. Ternyata hohohoho…emang bagus lho. Walo Mr. Jeff suka ngomel, tapi dia pinter cari tempat strategis untuk nonton seremoni ini dari dekat. Dapet deh chemistry-nya.

Istirahat makan siang di restoran Cina di Pecinan kota London. Pasti deh cari yang namanya nasi. Makanya sepanjang tur ini urusan perut akan sering disponsori oleh resto Cina. Hebatnya etnis ini selalu ada di negara manapun, buka resto dan menyelamatkan perut-perut manja nasi.

the woman

Kembali merasakan enaknya ikut tur, tiket masuk sudah diurus oleh travel sehingga kami tidak perlu ikut mengantri panjang untuk masuk ke Museum Madame Tussaud. Tiketnya 5 Pound untuk puas-puasin foto dengan patung lilin dari para pesohor *haaaa…kamu ya yang namanya Tiger Wood* *toyor-toyor jidat Tiger Wood*

Patung lilin yang banyak diantri untuk poto-poto: Putri Diana, si “Edward Cullen”, Zac Efron, Keluarga Obama. Madame Tussaud dong jarang ada yang poto. Eh yang mana sih orangnya?

Yang seru pas naik taksi mungil yang berjalan di atas rel, trus keliling melihat boneka-boneka (seperti di Istana Boneka Dufan, tapi yang ini kaya diorama gitu) dan mendengarkan narator menceritakan kota London dari masa ke masa. Sayang di sini kamera tidak dibolehkan. Di akhir perjalanan, dengan mata kriyep-kriyep ada sinar nyamber aja. Iiishh… ga bilang-bilang mau dipoto, kan bisa rapi-rapi dulu.

Acara utama dan penutup sebelum kembali ke hotel: belanja printilan di Oxford St. Berasa deh arogannya negeri ini pas toko-toko resmi hanya mau terima uang poundsterling dan pecahannya (shilling, pence). Ada juga yang masih mau terima Euro, tapi biasanya toko-toko kecil yang pemiliknya juga pendatang.

Author: secangkir teh tarik

a loner, wandering mind.

Leave a comment